siswa di kraton jogja |
Untuk menunjang prestasi belajar dan member kepahaman yang mudah
dalam pelajaran sejarah SMP N 1 Dlingo mengadakan kunjungan ke Kraton Yogyakarta,
Museum Sonobudoyo dan Musium Dirgantara. siswa SMP
kelas 7 ini melakukan tur untuk mengelan benda-benda peninggalan
Kerajaan Yogyakarta yang bersejarah. Kegiatan ini sekaligus menjadi rekreasi para
siswa dalam mempelajari sejarah.
Di samping itu bertujuan agar siswa lebih kongkrit dalam belajar sejarah, jadi tidak
semata-mata membaca, tapi mereka bisa melihat langsung yang mereka
pelajari di buku. Lebih kongkrit. Sesuai dengan pembelajaran yang ada tentang sejarah lokal Jogja yang
dipelajari di sekolahan.
1. Kraton Yogyakarta
Siswa menerima penjelasan |
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan
setelah Perjanjian Giyanti yang dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau
tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar
Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Sebelum menempati Kraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hemengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Kraton Yogyakarta.
Pada awalnya, ada beberapa versi, lokasi Keraton Yogyakarta adalah bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Fungsi Pesanggrahan Garjitawati adalah tempat peristirahatan iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Makam Imogiri.
Sedangkan versi lain menyebutkan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta adalah sebuah mata air yang bernama Umbul Pacethokan, terletak di tengah hutan Beringan.
Dari Ambar Ketawang Ngarso Dalem menentukan ibukota Kerajaan Mataram di Desa Pacetokan. Sebuah wilayah yang diapit dua sungai yaitu sungai Winongo dan Code. Lokasi ini berada dalam satu garis imajiner Laut Selatan, Krapyak, Kraton, dan Gunung Merapi.
Sebelum menempati Kraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hemengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Kraton Yogyakarta.
Pada awalnya, ada beberapa versi, lokasi Keraton Yogyakarta adalah bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Fungsi Pesanggrahan Garjitawati adalah tempat peristirahatan iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Makam Imogiri.
Sedangkan versi lain menyebutkan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta adalah sebuah mata air yang bernama Umbul Pacethokan, terletak di tengah hutan Beringan.
Dari Ambar Ketawang Ngarso Dalem menentukan ibukota Kerajaan Mataram di Desa Pacetokan. Sebuah wilayah yang diapit dua sungai yaitu sungai Winongo dan Code. Lokasi ini berada dalam satu garis imajiner Laut Selatan, Krapyak, Kraton, dan Gunung Merapi.
Raja yang Berkuasa di Keraton Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwono I (GRM Sujono) memerintah pada tahun 1755-1792. Sri Sultan Hamengku Buwono II (GRM Sundoro) memerintah pada tahun 1792-1812. Sri Sultan Hamengku Buwono III (GRM Surojo) memimpin pada tahun 1812-1814.
Sri Sultan Hamengku Buwono IV (GRM Ibnu Djarot) memerintah pada tahun 1814-1823. Sri Sultan Hamengku Buwono V (GRM Gathot Menol) memerintah pada tahun 1823-1855. Sri Sultan Hamengku Buwono VI (GRM Mustojo) memerintah pada tahun 1855-1877. Sri Sultan Hamengku Buwono VII (GRM Murtedjo) memerintah pada tahun 1877-1921.
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (GRM Sudjadi) memerintah pada tahun 1921-1939. Sri Sultan Hamengku Buwono IX (GRM Dorojatun) memimpin pada tahun 1940-1988. Sri Sultan Hamengku Buwono X (GRM Hardjuno Darpito) memimpin tahun 1989 hingga saat ini.
3. MUSIUM DIRGANTARA
Pesawat Terbang di Museum Dirgantara |
Museum ini merupakan Museum Dirgantara terlengkap di Indonesia yang menempati Area seluas lima hektar dengan luas bangunan sekitar 7.600 m2. Museum Dirgantara Mandala sejarahnya berasal dari penggabungan dua Museum yakni Museum Pusat AURI yang didirikan 1967 di Jakarta dan Museum Pendidikan atau Taruna yang sudah ada di komplek pendidikan AKABRI Bagian Udara Jogja. Pada 1977 keduanya kemudian digabungkan.
a. Ruang Utama
Di
ruang ini di pajang Beberapa foto Mantan Pimpinan TNI – AU , Antara
lain: Laksamana Udara suryadi Pimpinan TNI – AU (Kepala stafmTRI AU
tahun1946 – 1962), Laksamana Udara Omar Dani (Mentri Panglima Angkatan
Udarta tahun 1962 – 1965), Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang
(Menteri Panglima Angkatan Udara 1965 – 1966),
Laksamana Muda Udara
Roesmin Nurjadin ( Menteri Panglima angkatan udara tahun 1966 – 1969,
Marsekal TNI Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1969 –
1973, Marsekal TNI Saleh Baasarah (Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun
1973 – 1976). Selain foto-foto tersebut, diruang ini juga di pamerkan
Lambang – Lambang dan Motto dari korps TNI-AU antara lain: Swa Bhuwana
adalah lambang TNI angkatan Udara, yang artinya sayap Tanah Air, Pataka
Komando Opearesi TNI AU (Koopsau), Dengan Motto: Abhibuti Antarikhse Artinya : keunggulan di udara adalah tujuan utama, Pataka Komando Panduan tempur Udara (Kopatdara) Dengan Motto : Nitya Smakta Maarwati SarwabayaArtinya : senantias siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya, Pataka komando pertahanan Udara (Kohadud) Dengan Motto nya Surakhsita Nabhastata
Artinya : Udara yang di pertahankan dengan baik
b.
Ruang Kronologi I dan II , Di Ruang ini pengunjung bisa melihat diorama
sejarah dan dokumen-dokumen semasa zaman Proklamasi Kemerdekaan,
pembentukan AURI, Serangan Udara Pertama terhadap
Semarang-Salatiga-Ambarawa, Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun, Operasi
Lintas Udara, Pembentukan Skadron AURI tahun 1950, Penumpasan
DI/TII-PRRI/Permesta-Trikora-Dwikora, Operasi Non Militer TNI AU, hingga
Operasi Penumpasan sisa-sisa pemberontakan G30S/PKI.
c.Ruang Alutsista
di ruang ini kita dapat melihat peralatan tempur TNI-AU, antara lain : rudal
antipesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa
senapan yang dipakai oleh pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu
itu. Beberapa pesawat, dirancang bisa dinaiki oleh pengungjung. Tentu
saja secara statis, tidak diterbangkan. Jadi siapapun bisa langsung tahu
keadaan di dalam pesawat, dan teknologi yang sudah ada saat itu.
jenis Tu-16 yang terletak di pelataran museum. Ada juga pesawat PBY-5A
Catalina dan UF 1 Albatros IR-0117. Catalina buatan AS masuk ke jajaran
Skadron V Lanud Abdulrachman Saleh pada 1950. AURI mendapatkan delapan
Catalina bekas pakai AU Hindia Belanda sebagai realisasi Konferensi Meja
Bundar, 1949.
Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam jajaran Skadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI membeli sebanyak delapan pesawat dari AS, Selain, ketiga pesawat, di halaman masih ditempatkan rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat ini sempat digunakan sebagai salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.
Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam jajaran Skadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI membeli sebanyak delapan pesawat dari AS, Selain, ketiga pesawat, di halaman masih ditempatkan rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat ini sempat digunakan sebagai salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.
D.RUANG DIORAMA
Diruang
ini Terdapat beberapa Diorama Antara lain: Deorama penerbangan pertama
pesawat merah putih, Diorama peristiwa 29 juli 1947, Diorama setelah
penerbangan pertama, Diorama Trikora, Diorama Satelit (SKSD) Palapa.
Manfaat Kunjungan ke Museum bagi Guru dan Siswa
Bagi Guru manfaat yang bisa
diperoleh dari kegiatan kunjungan ke Museum, adalah :
(1) Menambah
pengetahuan serta wawasan siswa, terutama berkaitan dengan benda koleksi
pameran Museum;
(2) Menumbuhkan daya kritis dan kreatifitas siswa,
terutama dalam membuktikan fakta dan teori yang terdapat dalam buku
pelajaran atau yang dijelaskan oleh guru di depan kelas;
(3) Mendidik
siswa untuk mampu mencari dan menemukan jawaban sendiri atas berbagai
pertanyaan yang muncul berkaitan dengan materi pelajaran;
(4)
Mempermudah guru dalam memberikan penjelasan pada siswa, karena selain
teori juga dilengkapi bukti yang berkaitan dengan materi pembelajaran
yang disajikan;
(5) Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam
belajar;
(6) Membangkitkan semangat baru pada siswa dalam belajar,
karena belajar tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas, melainkan
juga di museum melalui kegiatan pengamatan benda koleksi pameran dan
mempelajari informasi yang melengkapinya.
Bagi Siswa , setelah kegiatan kunjungan ke Museum diharapkan mereka memperoleh manfaat sebagai berikut :
(1)Dapat mengetahui peninggalan sejarah budaya bangsa
melalui koleksi yang dipamerkan Museum;
(2) Menambah wawasan dan
pengetahuan, karena banyak dari peninggalan bersejarah umat manusia dan
lingkungan yang tidak tercantum dalam buku terdapat di Museum dalam
bentuk benda koleksi;
(3) Mengenal perkembangan kebudayaan manusia dan
lingkungan melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan Museum;
(4)
Menjawab rasa ingin tahu, terutama berkaitan dengan peninggalan sejarah
budaya bangsa serta alam dan lingkungan.
1 komentar:
bagus semoga siswa bisa mengambil pengetahuan dari sejarah yang didapat saat kunjungan musium
Posting Komentar